Seorang Pengasih itu Sudah Pergi

Baca info terbaru Seorang Pengasih itu Sudah Pergi yang bisa menjadi pilihan kalian dalam memilih beragam sajian mengenai berbagai berita dan update informasi yang tepat saat ini, seperti yang sudah aku sajikan pada tulisan dengan judul Seorang Pengasih itu Sudah Pergi dalam kategori kalian bisa melihat lengkap dibawah ini.
27. Hai jiwa yang tenang.
28. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.
29. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku,
30. masuklah ke dalam syurga-Ku.
Demikianlah ayat yang aku baca ,ketika membuka al Qur’an secara acak. Dari ayat terakhir dalam surat al Fajr itu seolah Allah menerangkan kepadaku, apa arti Allah memanggil Mbah putri untuk selamanya di hari itu, Jum’at 8 mei 2015.  
Dalam usianya yang telah mencapai 62 tahun, sudah banyak kenangan yang telah aku alami bersamanya. Semasa kecil aku telah tumbuh dan diajari tentang banyak hal, di rumahnya. Aku berpuasa dengan pengajarannya, berdoa dengan pengajarannya, membaca al Qur’an dengan bimbingannya, sholat dengan perhatiannya. Semua itu sungguh tak akan pernah aku lupakan. Aku sendiri menulis ini sambil menahan mata ku yang berair, tak bisa ku pungkiri kesedihan pasti aku alami.
Masih teringat betul, kata-katanya sebelum aku berangkat untuk pergi ke Semarang, untuk kuliah. Dengan kondisinya yang sudah tidak bisa berjalan karena kaki kiri patah, nasehatnya waktu itu membuat mataku berair. Mencari Ilmu yang bermanfaat, itu inti dari nasehatnya. Aku memang berpikir hari ini pasti akan datang, tetapi agak sulit menyangka bahwa itu adalah nasehatnya yang terakhir. Sembari menahan tangis, aku pamit berangkat.
                Seminggu sebelum kepergiannya, aku bisa mengunjunginya ketika ia dalam kondisi kritis. Berat rasanya untuk melihat keadaanya. Sebagaimana ungkapan bahwa sakit adalah bunganya kematian, aku menyadari bisa jadi ini adalah hari-hari terakhir kehidupannya. Sewaktu aku menyusul ke RSUD Banyumas, ia bisa melihatku dan menyebut namaku, ia menyadari aku dan pamanku lik Anwar. Hanya bunyi singkat yang bisa ia ucapkan, karena sariawan yang dideritanya bertambah parah.
                Terakhir kali aku berada didekatnya, adalah ketika ia menjalani cuci darah, dalam keadaan tidak sadar, aku menemani di hari-hari terakhirnya. Waktu itu senin sore, aku sengaja tinggalkan kuliah hari senin itu. Disaat orang-orang menjalani cuci darah dengan sadar, dan sambil menonton tv bahkan, nenekku satu-satunya pasien yang menjalani cuci darah dalam keadaan kritis. Hanya itu terakhir kali aku menatapnya. Sembari hati dipenuhi kesedihan, dan pilu.
                Kini beliau telah tiada, tidak akan ada lagi sambutan hangatnya ketika aku datang ke rumah mbah. Tidak akan lagi ramadhan depan aku bertemu dan berhari raya dengan masih melihat sosok dan mendengar suaranya. Kepergiannya membawa duka mendalam, tetapi Allah telah berjanji,  bahwa ia akan mengumpulkan hamba-hambaNya yang Ia cintai di tempat yang terbaik di Akhirat. Aku adalah cucu pertama sekaligus cucu putra yang amat ia sayangi. Kasih sayangnya ia curahkan kepadaku, hingga aku bisa menjadi seperti ini. ia salah satu orang yang paling aku sayangi, ia yang merawat dan menyayangiku sejak kecil, ia adalah sosok ibu, sosok orang tua yang amat pengasih kepada cucunya.
Sabtu, 9 Juni 2015

Share :

Facebook Twitter Google+
Back To Top