Baca info terbaru Berbagi Ilmu Kecil yang bisa menjadi pilihan kalian dalam memilih beragam sajian mengenai berbagai berita dan update informasi yang tepat saat ini, seperti yang sudah aku sajikan pada tulisan dengan judul Berbagi Ilmu Kecil dalam kategori kalian bisa melihat lengkap dibawah ini.
Belakangan aku merasa penting untuk lebih menggunakan daya pikirku dalam menjalani beberapa persoalan agar aku bisa mengetahui mana yang mestinya lebih baik aku ambil. dan aku mulai merasa bahwa berbagi pengalaman tentang pengetahuan sekalipun yang tidak terlalu penting adalah baik dan menarik. dan jujur aku merasa agak aneh ketika mau menulis tulisan ini, sebab tulisan ini dilatar belakangi suatu upaya mengabadikan pengalaman agar bisa mudah diingat dan dipelajari lagi.
Pengetahuan yang didapat dari pengalaman bila sekejap diingat kadang tetap saja menjadi tidak pasti bila kelak diingat-ingat kembali, kebanyakan karena lupa. hingga akhirnya aku mencoba mencatat hal-hal penting yang bisa membantu kita dalam menjalani hidup. beberapa hari ini aku gemar mengingat-ingat harga makanan penyet di pinggir jalan Prof Dr HAMKA Ngaliyan, untuk apa? agar menjadi pertimbangan bila dalam membeli lagi kita punya pertimbangan mana yang rasa, harga, dan jarak nya ngepas dengan keinginan kita. Misal aku membeli telur penyet dan akhirnya mendapat info harga makanan itu di warung X, atau ketika aku penasaran harga ayam penyet di warung murah Y yang rupanya sama dengan warung lainnya, yaitu 11ribu. dalam kegiatan praktis yang lain, sewaktu sedang ramai-ramainya mahasiswa perwalian dan butuh perangko, aku yang tak punya kendaraan dan punya teman yang baik membuatku berpikir untuk menitipkan beli prangko saja agar aku tidak kerepotan, dan tak disangka, rupanya dunia belahan ngaliyan kehabisan stok perangko untuk satu hari itu. aku mendapat apa yang aku inginkan namun menjadi hutang karena duitku yang terlalu besar (nilainya, bukan ukuran kasarnya :p). hingga aku sampai menulis artikel ini punya hutang 6000 ke temanku karena aku berhutang perangko. ketika aku tidak tahu bagaimana menempelkan perangko atau lupa karena belajar nyentuh perangko sewaktu kecil, dulu banget, temanku memberi air sehingga aku tahu dan berusaha mengingat baik-baik bahwa perangko menempel bukan pakai lem! tapi pakai air saja sudah cukup, asal bukan air liur loh ya, hehe. itulah yang dapat aku rasakan, bahwa mengingat keras hal sepele dan mencatatnya itu perlu, agar kita tidak terlalu canggung dan mendapat manfaat praktis melalui pengetahuan kecil itu.
Ada satu hal lagi yang penting bagiku. ketika 2 hari ini aku sakit, aku mencoba makanan yang enak-enak dengan mengamati harga tapi tidak terlalu khawatir dengan kekurangan uang. malam hari kedua ketika aku sakit, selepas menarik uang di ATM, aku memilih ke seberang jalan dimana terdapat warung sate yang bisa aku lihat sebelumnya. aku membeli dengan sebuah perckapan sederhana yang intinya "sate mas, satu makan disini, minumnya teh hangat". teh yang kali ini berasa betulan teh dan manis (agak beda dibanding sebelumnya), dan porsi sate yang banyaknya 10 tusuk, membuatku berpikir bahwa harganya tidak akan berjumlah 10ribuan. pasti 12ribu keatas. sebab satu tusuk kalau dihargai seribu saja, akan terlalu murah. disitulah aku terus berpikir, mikir terus, bukan maksudnya takut kemahalan, hehe, tapi aku udah memperkirakan bakalan lebih tinggi harganya bila dibanding ayam penyet yang pernah aku makan. dan ternyata beneran, teh hangat plus sate 10 tusuk dan lontong dihargai 18ribu. padahal ayam penyet cuma 11ribu. sangat fantastis kan? kita harga saja mungkin teh 1500, lontong 1500, dan sate pertusuknya 1500, maka jadilah 18 ribu. ya ngepas-ngepas saja. akhirnya aku mendapat kesimpulan, bahwa ketika mau beli sate lain waktu aku harus menyebutkan jumlah tusuk yang aku inginkan, biar gak manjat tuh tagihan, hehehe.
Sabtu, 28 Februari 2015, 9 Jumadil Ula 1436 H.
Pengetahuan yang didapat dari pengalaman bila sekejap diingat kadang tetap saja menjadi tidak pasti bila kelak diingat-ingat kembali, kebanyakan karena lupa. hingga akhirnya aku mencoba mencatat hal-hal penting yang bisa membantu kita dalam menjalani hidup. beberapa hari ini aku gemar mengingat-ingat harga makanan penyet di pinggir jalan Prof Dr HAMKA Ngaliyan, untuk apa? agar menjadi pertimbangan bila dalam membeli lagi kita punya pertimbangan mana yang rasa, harga, dan jarak nya ngepas dengan keinginan kita. Misal aku membeli telur penyet dan akhirnya mendapat info harga makanan itu di warung X, atau ketika aku penasaran harga ayam penyet di warung murah Y yang rupanya sama dengan warung lainnya, yaitu 11ribu. dalam kegiatan praktis yang lain, sewaktu sedang ramai-ramainya mahasiswa perwalian dan butuh perangko, aku yang tak punya kendaraan dan punya teman yang baik membuatku berpikir untuk menitipkan beli prangko saja agar aku tidak kerepotan, dan tak disangka, rupanya dunia belahan ngaliyan kehabisan stok perangko untuk satu hari itu. aku mendapat apa yang aku inginkan namun menjadi hutang karena duitku yang terlalu besar (nilainya, bukan ukuran kasarnya :p). hingga aku sampai menulis artikel ini punya hutang 6000 ke temanku karena aku berhutang perangko. ketika aku tidak tahu bagaimana menempelkan perangko atau lupa karena belajar nyentuh perangko sewaktu kecil, dulu banget, temanku memberi air sehingga aku tahu dan berusaha mengingat baik-baik bahwa perangko menempel bukan pakai lem! tapi pakai air saja sudah cukup, asal bukan air liur loh ya, hehe. itulah yang dapat aku rasakan, bahwa mengingat keras hal sepele dan mencatatnya itu perlu, agar kita tidak terlalu canggung dan mendapat manfaat praktis melalui pengetahuan kecil itu.
Ada satu hal lagi yang penting bagiku. ketika 2 hari ini aku sakit, aku mencoba makanan yang enak-enak dengan mengamati harga tapi tidak terlalu khawatir dengan kekurangan uang. malam hari kedua ketika aku sakit, selepas menarik uang di ATM, aku memilih ke seberang jalan dimana terdapat warung sate yang bisa aku lihat sebelumnya. aku membeli dengan sebuah perckapan sederhana yang intinya "sate mas, satu makan disini, minumnya teh hangat". teh yang kali ini berasa betulan teh dan manis (agak beda dibanding sebelumnya), dan porsi sate yang banyaknya 10 tusuk, membuatku berpikir bahwa harganya tidak akan berjumlah 10ribuan. pasti 12ribu keatas. sebab satu tusuk kalau dihargai seribu saja, akan terlalu murah. disitulah aku terus berpikir, mikir terus, bukan maksudnya takut kemahalan, hehe, tapi aku udah memperkirakan bakalan lebih tinggi harganya bila dibanding ayam penyet yang pernah aku makan. dan ternyata beneran, teh hangat plus sate 10 tusuk dan lontong dihargai 18ribu. padahal ayam penyet cuma 11ribu. sangat fantastis kan? kita harga saja mungkin teh 1500, lontong 1500, dan sate pertusuknya 1500, maka jadilah 18 ribu. ya ngepas-ngepas saja. akhirnya aku mendapat kesimpulan, bahwa ketika mau beli sate lain waktu aku harus menyebutkan jumlah tusuk yang aku inginkan, biar gak manjat tuh tagihan, hehehe.
Sabtu, 28 Februari 2015, 9 Jumadil Ula 1436 H.