Baca info terbaru Pernahkah Kamu Membuat Keputusan Yang Besar Dalam Hidupmu? yang bisa menjadi pilihan kalian dalam memilih beragam sajian mengenai berbagai berita dan update informasi yang tepat saat ini, seperti yang sudah aku sajikan pada tulisan dengan judul Pernahkah Kamu Membuat Keputusan Yang Besar Dalam Hidupmu? dalam kategori kalian bisa melihat lengkap dibawah ini.
Berapa umurmu sekarang? berapa tahun kamu belajar di Madrasah atau Sekolah? sudah berapa kali kamu membuat keputusan BESAR dalam hidupmu? Sudah ikut perkumpulan yang memberi manfaat apa saja? Siapa teman yang kita pilih yang sekarang sudah memberi kita pengaruh untuk menjalani hidup ini? sudah memilih belajar apa saja? keputusan-keputusan penting yang kita ambil dalam hidup ini, sebenarnya barangkali sudah sering atau kadang terjadi dalam kehidupan kita, dan sampai sekarang kita selalu diberi peluang untuk membuat keputusan, membuat perubahan bagi kehidupan kita. pernahkah kamu menganggap, keputusan kamu untuk melanjutkan kuliah adalah keputusanmu yang sangat besar, atau bahkan bila kamu memutuskan berhenti kuliah dan memulai belajar menjadi sukses dengan cara lain? (seperti yang dilakukan CEO Apple, Steve Jobs). suatu keputusan besar yang kita ambil, bisa jadi merupakan sesuatu hal yang sulit pada masa itu. aku teringat ketika aku sudah lulus di MTs Ma'arif NU 1 Jatilawang, sebagaimana umumnya anak lain, sebagaimana umumnya siswa waktu itu, aku begitu tertarik untuk masuk di sekolah yang besar, agak jauh dari rumah, apalagi bila sekolah itu Negeri. dikecamatanku ada SMA Negeri Jatilawang, sekolah favorit selain SMK. tapi, semua berbeda ketika aku membuktikan bahwa pemikiranku berbeda. Dengan nilai yang bagus, aku bisa saja memilih masuk di SMANJA itu, dan akhirnya mencicipi sekolah di sekolah Negeri, setelah sebelumnya aku selalu sekolah di Madrasah (MI MTs). tetapi pilihan itu tidak aku ambil, setelah mengalami kegusaran, rasa berat hati, aku mencoba memantapkan pilihanku untuk memilih 'belajar' di MA Al Falah Jatilawang, sebuah sekolah yang masih begitu baru (berdiri tahun 2004), sehingga memiliki jumlah murid yang sedikit, dan fasilitas (perpus, gedung, guru, dll) yang belum sebesar dan sebaik sekolah negeri tentunya.
Waktu itu aku sering berbincang-bincang dengan orang dewasa, mengutarakan niatku yang ingin melanjut di MA, agar hati ku mantap memilih sesuatu yang berbeda. alasanku memilih masuk di Madrasah lagi adalah, aku ingin mendapat sesuatu yang lebih, bukan failitas memang, tetapi berupa ilmu agama, terlebih di MA ini berdekatan dan berhubungan erat dengan pondok pesantrennya. alasan lain, aku lelah mendengar keluh kesah soal biaya oleh orang tua, mereka sulit ketika dimintai uang untuk membayar sekolah, sehingga membuatku menjadi sosok yang selalu berat pikiran bila meminta, bahkan ketika aku sakit. Di sekolah yang berbiaya murah, aku harap bisa meringankan. tetapi aku punya obsesi, agar kelak aku bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, di UNY, atau UGM, atau lainnya. Di hari aku membulatkan tekadku, aku melangkahkan sepedaku dari rumah temanku sewaktu di MTs, Rizal Fahmi di Tinggarjaya, kebetulan jarak rumahnya dengan MA Al Falah dekat, cuma ratusan meter. akhirnya aku memasuki gedungnya, mendaftar, dan temanku itu yang katanya tidak akan mendaftar, malah akhirnya mendaftar. aku bertemu dengan mas Ade Ambar yang mengantarkanku ke pak Kepala sekolah.
Waktu terus berjalan. Menjelang kenaikan kelas, aku diberi pilihan, aku memilih masuk Jurusan IPS dengan mengisi kedua kolom bagi kedua jurusan, yaitu IPS dan IPA yang waktu itu merupakan jurusan baru bagi MA. padahal, teman yang lain hanya mengisi salah satu kolom saja. tetapi, entah apa yang dibaca oleh guru yang menyeleksi, diwaktu upacara hari senin, di depan siswa baik yang baru maupun yang lama, ketika pembina upacara memanggil mereka yang dinyatakan masuk jurusan IPA, aku tiba-tiba dipanggilnya. rasanya bukan main, padahal aku memilih untuk masuk IPS. hingga aku datangi guruku di ruangnya, meminta diubah, namun karena sudah masuk kelas, dan aku ditanya lagi, aku lihat kebanyakan teman karibku berada di Jurusan IPA, akhirnya karena sudah terlanjur duduk juga, ku coba beranikan diri menjajaki sekolah di MA dengan mempelajari Matematika, Biologi, Kimia dan Fisika sampai lulus.
Menjelang kelulusan, aku bersama dua orang temanku, Dwi Supriyanto dan Sofyan pergi ke Purwokerto, kota kabupaten banyumas untuk mendaftar SPMB PTAIN di Bank Mandiri cabang purwokerto. pengalaman yang tidak akan terlupakan! sampai akhirnya aku lulus di IAIN Walisongo (sekarang UIN) Semarang jurusan Tadris Biologi (Sekarang Pendidikan Biologi), dan temanku Dwi lolos di STAIN Purwokerto (sekarang IAIN Syekh Makdum Wali) jurusan Ekonomi Syariah. waktu memilih jurusan, aku yang akan lulus di Jurusan IPA mencoba agar tetap berada di bidang IPA, maka aku mencari perguruan tinggi yang memiliki jurusan IPA, tepatnya jurusan Biologi yang pendidikan. sebab aku tidak yakin bahwa aku bisa mendalami biologi secara murni dan sangat mendalam bila aku memilih jurusan yang murni. Pilihanku jatuh pada jurusan Tadris (Pendidikan) Biologi di IAIN Walisongo Semarang. ya, di kota semarang akhirnya ku labuhkan diriku. aku punya teman akrab asal MAWI Kebarongan yang ternyata juga kuliah di Semarang, Matematikan UNDIP. temanku yang sekelas, Satrio Waluyo, kini juga melanjutkan kuliah di UNWAHAS Semarang Ekonomi Syariah.
Perjalananku cukup beruntung, misal ketika aku sekolah di MTs, sebelum aku lulus sekolahku memperoleh akreditasi A, sehingga itu mempercantik Ijazahku, dan ketika aku sekolah di MA, aku dapat masuk di Jurusan IPA, dengan MA yang sudah terakreditasi. kini di IAIN, IAIN berubah status menjadi UIN, sehingga diharapkan harkat dan peminatan calon mahasiswa menjadi lebih tinggi, masyarakat menjadi tahu UIN Walisongo. jurusanku berubah nama, dari Tadris, menjadi Pendidikan Biologi. tinggal kini menunggu status agar akreditasi nya menjadi B.
Pilihan hidup kita ada di tangan kita, hingga kita berani mengambil keputusan besar yang akan berdampak bagi masa depan. apakah kita mementingkan kualitas, atau hanya pilihan-pilihan tanpa makna, kita sendiri yang menentukannya. Itulah yang aku rasakan, teringat dengan dimana aku sekarang ini. dengan apa saja yang telah aku alami.
Semarang, 5 Maret 2015, 14 Jumadil Awal 1436 H.