Baca info terbaru Kita Pun Melakukan Kesalahan yang Sama yang bisa menjadi pilihan kalian dalam memilih beragam sajian mengenai berbagai berita dan update informasi yang tepat saat ini, seperti yang sudah aku sajikan pada tulisan dengan judul Kita Pun Melakukan Kesalahan yang Sama dalam kategori
Opini
kalian bisa melihat lengkap dibawah ini.
Dunia internet memang menjadi sebuah wadah raksasa yang digunakan oleh berjuta-juta manusia dari seluruh dunia. Internet juga yang mengubah gaya komunikasi manusia. Di sana manusia akan mengetik apapun yang sedang terlintas dibenaknya. Sehingga bukan hal yang langka lagi jika kita melihat komentar kasar, caci maki, menjelek-jelekkan dan lain-lain, yang dilakukan oleh siapa saja, baik itu orang biasa, tokoh, sampai mereka yang meneriakkan toleransi pun sama, bahkan bisa jadi kita sendiri pasti pernah melakukannya.
Sejenak kita kembali,menjernihkan pikiran, memperbanyak introspeksi. Banyak sudah fenomena itu kita lihat. Ketika seorang tokoh pemimpin memiliki kekurangan, kinerja lambat, tidak pro rakyat, atau sebagainya, banyak dari masyarakat kita, mungkin kita sendiri juga memberi celaan terhadap tokoh tersebut.
Hujatan itu begitu mudah dilontarkan, karena kita merasa aman ketika mengungkapkannya di dunia media sosial. Aku rasa amat sedikit yang menjaga celotehannya, sembari berpikir positif serta efektif, untuk menemukan semacam pencerahan atau solusi untuk diri maupun lingkungan, ketimbang mencaci terus-terusan.
Kita kesal jika kita melihat para anggota DPR yang terlambat, yang tidak hadir, dan yang tertidur, padahal, bisa jadi semasa kita sekolah baik dulu ataupun sekarang, ataupun ketika sholat jumat kita pun melakukan kesalahan yang sama. kita maupun sekitar kita sering menyia-nyiakan masa sekolah, maksudnya dengan tidak berbuat sebaik-baiknya dalam masa itu. Kita terlambat masuk kelas, bahkan tidak masuk tanpa keterangan, tidur waktu khutbah jumat, terlambat mengerjakan PR, tidak memakai pakaian yang rapi, menyukai jalan pintas dengan curangnya, misal dengan mencontek. Tetapi ketika kita beranjak lulus meninggalkan sekolah, hidup sebagai masyarakat, tatkala kita mendengar berita anggota DPR yang berbuat hal serupa, kita marah dan mengutuknya. Sekali lagi kita kembali, apakah kita melakukan hal yang sama? apakah kita ingin merubahnya dengan diri kita dahulu? Bangsa ini membutuhkan generasi-generasi yang jujur pada diri sendiri.
Pandai Menjaga Emosi dan Kebijakan Berpikir
Dalam suatu wawancara, sebagai jurnalis, kami menanyakan tentang payung hukum suatu acara yang diselenggarakan dikampus kami pada beberapa hari sebelumnya. Jawaban nara sumber memang tak memberi yang pasti, sebab dia tidak hafal payung hukumnya, menghafal semacam kode yagn terdiri dari huruf, garis miring, nomor dan isi, mungkin sebagaimana kita tidak hafal hal detail yang sama dalam setiap urusan kita.
Wawancara usai, dan waktu berjalan, aku pun bertemu mahasiswa lain yang masih satu angkatan, dia sesama jurnalis. Sebagai mahasiswa aktifis yang memang biasa menjadi oposisi birokrat kampus, dia menanggapi dengan remeh kepada bapak yang aku wawancarai, ketika aku ceritakan tentang narasumber yang tidak hafal payung hukum acaranya. Aku pun menanyakan balik -untuk tidak dibilang menantang–, bagaimana jika dia yang menjadi birokrat, dimasa depan? Apakah dia mampu lebih cermat, dan profesional sebagaimana harapannya pada birokrat masa kini? Jawaban yang diberikannya hanya enteng saja.
Bagi saya, mencari solusi, introspeksi diri, lalu menebarkan kepada orang lain, kalau bisa menjadi orang yang paling berpengaruh di antara mereka adalah hal yang penting, ya semacam solusi atau jalan terbaik ditengah banyaknya celotehan berseliweran di dunia yang serba terbuka ini.
Akhir kata, dengan memetik hikmah, Semoga kita bukan tipe orang yang memaki-maki DPR tatkala mereka tidur di rapat DPR, tetapi ketika sholat jumat kita juga tertidur dan mengabaikan khutbah jumat. Semoga.