Baca info terbaru Ilmunya Islami, Ilmuwannya Ulamai yang bisa menjadi pilihan kalian dalam memilih beragam sajian mengenai berbagai berita dan update informasi yang tepat saat ini, seperti yang sudah aku sajikan pada tulisan dengan judul Ilmunya Islami, Ilmuwannya Ulamai dalam kategori
Opini
kalian bisa melihat lengkap dibawah ini.
Pemikiran tentang penyatuan ilmu agama bersama dengan sains untuk membangun peradaban telah marak digalakkan, gaungnya terasa termasuk di Universitas tempatku menimba ilmu. Sehingga aku punya pikiran yang mungkin tak jauh beda dengan apa yang telah digagas sebelumnya, tetapi tetap menarik sembari terus berkembang dalam kepalaku yang terus berpikir dan merenung.
Dalam sebuah wawancara dengan penggagas paradigma keilmuan"pohon ilmu" UIN Maliki Malang, sang penggagas, pak Imam Suprayogo , menyatakan bahwa bagi nya tidak ada namanya dikotomi ilmu umum dan ilmu agama, semuanya ada dalam al Qur'an, include. Paradigma pohon Ilmu yang menurut temanku mudah difahami dibandingkan yang ditawarkan oleh perguruan tinggi lain itu juga gagasan yang menarik bagiku.
Apa yang dianggap oleh sebagian besar Universitas Islam Negeri lain yang menganggap adanya pemisahan (dikotomi) sehingga harus di satukan (integrasi/unity) bagi Prof. Dr. Imam Suprayogo adalah tidak ada, kita berpijak pada keyakinan bahwa ilmu pengetahuan berasal dari Allah, berada dalam Qur'an, yang harus digali sehingga ilmu pengetahuan didasari pada keimanan dan ketakwaan. konsep ulil albab menjadi contoh, bahwa ilmuwan yang baik yaitu yang pandai mensyukuri, merenungkan, dan memahami, bahwa pengetahuan-pengetahuan dan fakta-fakta alamiah di dunia ini sesungguhnya adalah keagungan Allah, yang Maha Pencipta.
Kalau di Universitasku, jargon yang diusung adalah Unity Of Sciences, kesatuan ilmu pengetahuan, wahdatul Ulum. maka dalam pemahamanku, mempelajari ilmu semisal biologi yang merupakan sains, membuat tujuan dan proses menggali pengetahuan itu menjadi berbeda dari yang biasanya, yang kebanyakan konvensional pada SMA-SMA dengan paradigma barat sekuler, alias mempelajari fenomena dengan anggapan itu adalah proses alamiah semata, kosong dari nilai ketuhanan (kekuasaan Allah).
Apa ilmu biologi itu, bagaimana kita mempelajari, menyikapi dan memahami fakta yang terjadi, untuk apa dan siapa ilmu itu akan bermanfaat ketika sudah dipelajari, maka itu adalah pertanyaan yang bergelantungan dalam kepalaku, dan akan penting untuk dijawab bila ingin menggali ilmu itu dengan suatu paradigma yang insya Allah sesuai tuntunan Tuhan, menghasilkan para Ulil Albab yang negara akan melihat manfaatnya.
Sebagaimana begitu mendasarnya kita telah diarahkan bahwa hidup ini adalah untuk beribadah, hubungan antara Allah dan antara sesama makhluk menjadi ladang ibadah bagi setiap muslim. bermacam pengetahuan dan teknologi dari mata pelajaran saintifik seperti biologi, biologi yang kita kenal selama ini yang kita dapatkan dari bangsa barat, telah dikembangkan sedemikian rupa, dengan berbagai metode dari yang mudah hingga canggih telah menghasilkan berbagai penemuan-penemuan yang menakjubkan, mutakhir dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. namun, rasanya ada kekurangan disana, tidak adanya peningkatan kekaguman terhadap Dia yang menciptakan "desain" kehidupan ini, membuat manusia sombong dan tak takut. maka kepentingan manusia yang kosong terhadap ketakwaan menjadikan ilmu pengetahuan itu digunakan untuk hal yang tidak menambah keimanan, hingga tidak memberi solusi dan berkah bagi masyarakat.
masyarakat membutuhkan pengetahuan, tetapi juga etika atau akhlak dalam memanfaatkan ilmu itu. dalam hubungan vertikal, kita menganggap bahwa pengetahuan itu tiada lain adalah kekuasaan Allah, yang telah menciptakan dunia ini, sel, organ mata, otak yang kamu gunakan untuk membaca tulisan ini, sejatinya adalah unsur-unsur kimia yang sebelumnya tidak tersusun membentuk semua itu, lalu atas kekuasaan Allah itu terjadi, dari tidak ada menjadi ada, hal ini penting untuk kita sadari agar menguatkan ketauhidan kita, sikap ihsan kita.
Memahami fakta yang terjadi, bahwa semua yang kita lihat/rasakan tiada lain "desain" yang amat canggih dan mutakhir ciptaan Allah azza wajalla, digali karena demi memahami keagungan Nya, semakin mensyukuri nikmatnya, kita mempelajarinya dengan adab keislaman seperti tawadhu, niat mengabdi kepada Allah, diawali dengan bismillah, bertujuan untuk kemaslahatan kehidupan umat yang lebih baik di dunia lebih-lebih akhirat, sebagaimana yang diharapkan oleh Nabi diakhir hidupnya. semoga kita memahami hal diatas dengan sebaik-baiknya.
Rabu, 26 Agustus 2015
Ngaliyan Semarang