Baca info terbaru Setiap Orang Dapat Berubah yang bisa menjadi pilihan kalian dalam memilih beragam sajian mengenai berbagai berita dan update informasi yang tepat saat ini, seperti yang sudah aku sajikan pada tulisan dengan judul Setiap Orang Dapat Berubah dalam kategori kalian bisa melihat lengkap dibawah ini.
Berpikir dan merenung adalah awal manusia berubah sumber: Internet |
Apakah manusia dapat berubah? Dalam suatu firmanNya, Tuhan mengatakan bahwa Dia tidak ingin merubah suatu kelompok yang mereka sendiri tidak mau mengubah dirinya sendiri. Ini merupakan sesuatu yang harus didengar dan diperhatikan, bahwa kita bisa berubah, kita harus belajar banyak. Karena sikap kita dapat berubah bila kita saling belajar dan mengajari. Allah SWT sendiri mengatakan di dalam Kitab suci Al Qur’an, alam ini rusak akibat ulah tangan manusia-manusia. Akibat dari kerusakan itu menimpa manusia, Agar manusia bisa sadar (berubah), dan kembali kepada Nya, itu lah pengajaran dari Nya. Pertanyaannya adalah, sudahkah dari kalangan kaum muslim kita di Indonesia, memahami hal ini?
sumber: Tribunnews.com
Kita tahu, belakangan dekade ini berbagai kampanye yang tidak pernah muncul sebelumnya kini mulai bermunculan, mengajak kita pada suatu konsep atau prinsip yang diyakini sebagai penyelesaian suatu masalah yang mengancam atau mengganggu ketentraman serta keamanan kehidupan manusia. Kita contohkan salah satu kampanye yaitu pencegahan global warming. Kampanye tersebut ada lalu semakin meningkat. Guru-guru, dosen, aktivis, segelintir anggota pemerintah yang sedikit kita tahu adanya, mereka mengkampanyekan (semoga mempraktekan juga) pentingnya kepedulian terhadap alam ini, untuk mencegah alam ini semakin panas, sebagai wujud tanggung jawab bersama.
Hal itu, menjadi fakta, bahwa manusia bisa belajar lalu berubah. Tetapi, dengan banyaknya jumlah manusia sekarang ini, berapa dulu jumlah mereka yang berubah itu. Bahkan, kalau perlu kita lakukan penelitian/survei, bagaimana seluruh siswa di sebuah sekolah berperan sebagai manusia yang peduli lingkungan. Dalam pengalamanku selama ini, aku mempunyai teman yang perilakunya sama saja seperti tidak pernah diajari bagaimana membuang sampah yang baik. aku tidak tahu bagaimana guru mereka dulu mengajari mereka, bagaimana ustadz mereka mengajari dan mendidik mereka, bagaimana orang tua mengajari dan mendidik mereka, bagaimana teman mereka, bagaimana mereka?
Mengenaskan juga, salah satu temanku sewaktu di MA. Waktu itu setelah mengikuti seminar motivasi, yang diisi oleh mas Yulee dari BSI. Beliau ini, memiliki kemampuan yang baik dalam memotivasi orang-orang, seminar itu memang luar biasa. Tetapi, ketika di perjalanan pulang, temanku satu itu masih saja membuang sampah dijalan. dia tidak tuli, sayangnya hati nya yang tuli. Aku ajak dia bicara, tetapi dengan santainya dia membalas, biar pemulung ambil katanya. ironisnya satu makhluk yang katanya berakal..
Dulu aku seorang yang pendiam, terkadang aku menjadi seorang yang periang. Terkadang juga aku menjadi orang yang tenang. Jangan dikira aku orang yang stagnan. Temanku bilang aku ini orangnya unik. Mungkin dari sikapku yang aku sendiri selalu mengubah atau mengganti-gantinya, paling.
Contoh orang yang paling keras dan tidak berubah sendiri sudah disebutkan dalam Al Qur’an, sebut saja Abu Lahab dan istrinya, atau fir’aun yang tidak kunjung berubah, dan terlambat ketika maut menjemputnya, Kisah Nabi Nuh yaitu anaknya yang celaka walau sudah melihat bencana di depan mata. Akankah kita semacam orang itu? Nau’udzubillah, sejatinya banyak orang-orang yang celaka seperti itu. Tahu salah tetap dilakukan, tidak ada malu lagi dalam kamusnya.
Bila dibandingkan dengan bangsa jepang yang jelas arah didikannya, yaitu didikan moril, kita serasa tertinggal. Aku di dalam suatu perjalanan, pernah memperhatikan betapa banyaknya TV yang dapat mudah dilihat dari jalanan. Hampir tiap tv punya, tapi satu yang pokok yang harusnya kita punya tapi tak ada. Satu itu ialah buku, dimana buku? Dengan menduga-duga, aku tidak yakin buku itu ada disetiap rumah yang terdapat TV di dalamnya. Artinya, masyarakat gandrung pada budaya melihat, bukan membaca. Maksud lain dari itu, masyarakat kita akan meniru dari yang masuk ke mata (melihat), bukan membaca dari yang masuk lewat mata (membaca). Itu tidak benar. Bagaimana tanggung jawab mencerdaskan bangsa, bila keluarga seperti itu? Walau mereka hanya masyarakat desa, tetapi hakikatnya semua bagian masyarakat telah wajib belajar seumur hidup. Bagaimana bisa berubah? Berubahlah, berubahlah, coba rasakan sensasinya, hehe.