Mendekati Anak-Anak yang Punya Kebiasaan Mengejek

Baca info terbaru Mendekati Anak-Anak yang Punya Kebiasaan Mengejek yang bisa menjadi pilihan kalian dalam memilih beragam sajian mengenai berbagai berita dan update informasi yang tepat saat ini, seperti yang sudah aku sajikan pada tulisan dengan judul Mendekati Anak-Anak yang Punya Kebiasaan Mengejek dalam kategori kalian bisa melihat lengkap dibawah ini.
Pengalaman sewaktu kecil adalah pengalaman penuh emosional. Kita pernah menangis, tertawa, senang gembira, berpetualang, dan juga memiliki teman dan bukan teman. Masa kecil penuh dengan kebebasan, masih belum punya tanggungan apapun, tidak perlu memikirkan beban apapun, semuanya dilakukan dengan bebas beban.
Masa itu ada rasa senang ada pula sedihnya, barangkali dulu kita punya teman yang sangat suka mengejek nama orang tua temannya, sehingga rasa saling benci/tidak suka pun seringkali mengiringi proses pertemanan dalam perjalanan masa kecil.
Adalah hal yang menyebalkan jika kita masih menemui hal yang demikian disaat kita mulai menapaki masa yang lebih dewasa. Hal ini masih kadang aku terima dari anak-anak di lingkungan rumahku. Seperti kemarin malam, hari kamis tanggal 5 februari 2015. Setelah selesai maghrib, aku yang sedang bersepeda dengan sepeda adikku di sapa dengan ucapan 'Assalamu'alaikum, pak kyai'.
Seperti biasa aku sengaja diamkan, karena aku tahu betapa girangnya anak kalau ia bisa membuat anak/orang lain terluka hatinya dengan terlihat kesal dan marah membalas. Untuk apa ya, masih menjadi sebuah kebodohan. Ditengah perjalanan selepas itu hingga aku sampai di rumah pun sebenarnya terus terpikirkan untuk ingin membalas, ingin membalas dengan yang lebih baik. Aku berpikir bahwa orang/anak-anak mengejek seseorang karena ia tidak berteman dengan orang baik dan tidak mengerti/menghormati temannya, tetapi pemikiranku ya pemikiranku, bisa jadi tidak sepenuhnya benar.
Aku langung siap-siap mengambil kantong plastik hitam dan mengambil buah kedondong yang ada di taman rumah. Aku tahu anak di kali langseb menyukai kedondong. Hingga aku akhirnya datang lagi ke jalan yang aku sempat di 'doa kan' itu. Tetapi ternyata mereka sudah masuk ke rumah orang, mau mengaji rupanya. Aku tahu mereka disitu karena aku bertemu dengan anak-anak perempuan yang sedang bermain sambil membakar sampah di depan rumah, hingga ku tanya-tanya, lalu aku meminta tolong titip seplastik kedondong ini untuk mereka yang memberi ejekan itu, sembari titip pesan juga "tolong diomongkan ya, terimakasih untuk do'anya, dari Esa", ucapku dengan senyum senang dan mereka pun menerima dengan senyum pula.
Apa yang aku usahakan ini berbeda pasti dengan orang-orang umumnya, yang lebih suka mengedepankan emosi daripada pengetahuan/ilmu, padahal ilmu sering berseberangan dengan emosi atau hawa nafsu kita, seperti ilmu akhlak misalnya. Mungkin aku sulit berbuat yang demikian jika aku tidak mendapat hidayah dan rahmat Allah, tidak kuliah berbulan-bulan di semarang dan tidak pula sering bertemu dengan orang-orang di bantar. Dulu di waktu aku masih belajar di MTs, pak Syamsu pernah bercerita masa ketika beliau sedang sekolah di MTs yang masih baru, beliau mendapat perlakuan yang serupa, di kata-katai 'pak kyai' oleh mereka yang sekolah di negeri. Waktu itu MTs tidak dianggap bagus bagi orang-orang, sehingga orang tua maupun anak-anak tidak memilih MTs sebagai tempatnya mencari ilmu. Dan yang sekolah di situ pun (sewaktu masih baru, bahkan sekarang kadang masih terasa) kadang di nomor dua kan. Pak Syamsu yang menerima perlakuan tidak menyenangkan itu, menceritakan pada kami bahwa beliau waktu itu sampai menangis, dan ingin pindah sekolah, tetapi seiring berjalannya waktu beliau sadar dan lebih arif menyikapinya, sehingga beliau mengaminkan ucapan mereka, alhasil kini beliau menjadi kyai dan rujukan ilmu bagi masyarakat di sekitarnya. Sehingga aku yang masih ingat menjadikan ini sebagai rujukanku dalam bersikap.

Semasa liburan ini, jika dibandingkan, ketika aku bertemu dengan orang tua misalnya mereka akan sangat menghargai dan hormat menghormati akan kedatanganku sebagai orang yang sudah lama tidak di desa. Namun untuk anak-anak (bocah), mereka masih perlu suatu suntikan, pendekatan, dan pelajaran, karena mereka belum begitu berubah tentang ini dan aku akhirnya masih juga mendapat perlakuan yang kurang menyenangkan. Kalau bisa nanti malah seandainya lagi, ingin ku temui sekalian, aku ajak bercengkrama dan berbagi pemahaman.

Share :

Facebook Twitter Google+
Back To Top