Meraih Kemerdekaan yang Hakiki

Baca info terbaru Meraih Kemerdekaan yang Hakiki yang bisa menjadi pilihan kalian dalam memilih beragam sajian mengenai berbagai berita dan update informasi yang tepat saat ini, seperti yang sudah aku sajikan pada tulisan dengan judul Meraih Kemerdekaan yang Hakiki dalam kategori kalian bisa melihat lengkap dibawah ini.
Di tanggal ketika aku menuliskan tulisan ini, yang jelas merupakan tanggal yang masih jauh dari tanggal perayaan kemerdekaan secara formal di Indonesia yang tanggal 17 agustus itu. Tetapi, setiap momen itu perlu terus dikenang, agar tidak menjadi 100% monumen yang hanya sekali setahun sajalah diperingati dan diingat-ingati.
Sewaktu muda aku sering pergi ke rumah mbah kakung (kakek) untuk berkunjung dan bermain di rumahnya yang sederhana. Ditempat itu cukup banyak buku-buku yang bisa aku baca, dan pernah pula aku melihat tulisan-tulisan diari milik mbah, dan tidak lupa aku melihat buku-buku kuliah yang tebal yang dipakai beliau untuk meraih Ijazah S1 nya di Universitas Terbuka. Pernah pula aku lihat foto wisudanya serta foto wisuda lilik (paman) ketika ia meraih gelar diplomanya di Univeristas Jendral Soedirman Purwokerto. Semua hal itu tentu sulit tercapai, aman sentosa bila tidak memiliki kebebasan, kemerdekaan. Orang Indonesia kini dapat belajar sampai setinggi apapun bisa, belajar dimana saja bisa, apapun bisa dipelajari, pondok pesantren yang sederhana untuk ilmu agama, belajar peternakan ayam melalui buku maupun datang langsung ketempatnya, agrobisnis, bank sampah, dan seterusnya, semua itu bebas dipelajari karena kita memiliki kemerdekaan.
Namun, apalah artinya kemerdekaan kini, jika tidak dibarengi dengan sikap positif dan keinginan untuk maju, menambah pengetahuan serta kedewasaan? Kemerdekaan dapat menjadi bencana, bencana moral, bencana akhlak, bencana perilaku. Kemerdekaan manusia ibaratkan wadah, yang memiliki batasan-batasan, dan dapat diisi apapun jua.
Di zaman modern televisi menjadi benda kotak yang paling disenangi sekaligus menyihir penontonnya. Dulu sewaktu lagu 'cinta satu malam' ngetrend-ngetrendnya, walau sekolahku madrasah, akan tetapi lagu 'cinta satu malam' itu yang merupakan lagu yang vulgar mesum, bisa sampai dinyanyikan ketika ada lomba menyanyi, oleh siswi lagi (akhirnya siswi itu menjelang naik kelas  12 ‘keluar’ karena isu hamil). Itukah kemerdekaan kita? Tampaknya perlu ada pembelajaran identifikasi, memilah mana racun yang perlu kita waspadai, mana faktor kemajuan yang perlu dikejar (lari padanya), yang patut mengisi kemerdekaan kita.
Orang bisa membeli tv dan memiliki tv disetiap rumahnya, akan tetapi, karena aku orang desa, maka yang aku lihat orang desa tidak memiliki sekumpulan buku-buku berderet, kecuali dapat dipastikan ada buku LKS milik anaknya didalam kamar dan juga Al-Qur'an. Jika ada yang perlu dipertanyakan, adakah budaya yang salah dalam masyarakat kita, maka aku bisa jawab, jawabannya benar.
Kemerdekaan untuk meraih budaya literasi, baca tulis tidak terlalu berkembang sampai sekarang. Yang begitu tampak, masyarakat hanya tahu tren dan mudah terbawa tren, mereka minim tahu pengetahuan, hingga implikasinya adalah minim kesadaran untuk membangun. Kata 'baca' itu tampaknya sepele dan tidak mendatangkan material berarti jika yang diharapkan adalah manfaat jangka pendek. Baca mendatangkan ketentraman jiwa, kekayaan pengetahuan, dari kekayaan pengetahuan itu kita dapat melakukan banyak hal yang mendatangkan banyak manfaat.
Bila dibandingkan kedua hal tadi, yaitu menonton tv dan membaca buku, tentu yang paling baik bagi orang modern yang sebenarnya adalah membaca buku. Menonton tv apabila sekedar menonton tanpa prinsip-prinsip kuat yang dipegangi, akan menjadi sumber pemikiran merusak, padahal kian hari hiburan di tv kian menyesatkan, penuh kepalsuan, dan rekayasa-rekayasa demi kesenangan yang entah manfaatnya apa, tidak jelas.

Kemerdekaan kita jangan sampai menjadi momen statis, tak maju-maju secara berarti, dan tak belajar dari pengalaman-pengalaman yang lalu. Kita berharap kemerdekaan adalah menjadi sarana bagi kita untuk terus mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, seraya membangun bangsa yang kuat dan punya budaya yang baik, membiasakan yang benar dan tidak melulu membenarkan yang biasa.

Share :

Facebook Twitter Google+
Back To Top